Senin, 06 April 2009

Bulan: Memberikan keteduhan di kala gundah

(tulisan ke-2 dari 8 seri tulisan "Hasta brata ekonomi keluarga")



Oleh: Ditto Santoso


“Tok, tok, tok! Tok, tok, tok!” suara pintu rumah diketuk dengan keras.

“Bu Joko, Bu Joko!” demikian suara orang dari luar hampir setengah berteriak.

Dengan sedikit tergesa-gesa, Bu Joko, si empunya rumah pun membukakan pintu. Dilihatnya Bu Irwan, tetangga sebelah rumah, terengah-engah dengan muka sedikit pucat.

“Ada apa, Bu, malam-malam begini?” Bu Joko bertanya-tanya.

“Si Andi, anak saya. Dia panas sudah 3 hari. Baru saja saya bawa ke dr. Bambang. Dia bilang, Andi terkena demam berdarah. Dia harus segera dirawat malam ini! Saya harus bawa dia ke UGD, tapi saya sedang tidak ada uang sepeser pun!” kata-kata Bu Irwan meluncur deras di sela-sela nafasnya.

Anak mau diopname? Tidak punya uang? Benar-benar kondisi darurat! Apakah masih ada rumah sakit yang mau menerima pasien tanpa membayar uang muka?

Pernah mengalami kondisi seperti ini? Bayangkan betapa kalutnya suasana hati kita. Berkaca dari kondisi ini, maka pengelolaan ekonomi keluarga juga perlu memperhatikan satu unsur lagi dalam Hasta Brata, yakni “sang bulan”. Sebagai sebuah benda langit, bulan memiliki fungsi yang kurang lebihnya sama dengan matahari, yakni memberikan sinar (meskipun hanya pantulan dari sinar matahari). Perbedaannya, bulan memberikan sinar pada saat gelap. Sinarnya tidak sepanas atau seterik matahari, namun memberikan kesejukan dan keteduhan. Akibatnya, banyak orang mengadopsi bulan untuk dimasukkan dalam lagu atau puisi. Anak-anak muda yang menjalin cinta pun banyak memilih berduaan diterpa cahaya bulan. Betapa romantis suasana yang tercipta.

Mengacu pada sifat-sifat sang bulan, sebuah perencanaan ekonomi atau keuangan keluarga perlu dibuat dengan matang agar keluarga yang menjalankannya tetap berada dalam suasana tenang ketika terjadi situasi yang tidak diharapkan seperti sakit, kecelakaan, atau meninggal. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu bagi keluarga untuk menyiapkan sebuah pos pengeluaran yang disebut “dana cadangan”.

“Dana cadangan” merupakan sebuah pos pengeluaran keuangan yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan darurat. Salah satu contoh kebutuhan darurat tergambar pada kasus keluarga Bu Irwan pada awal tulisan ini. Kelihatannya memang sederhana saja, namun sangatlah penting. Mengapa? Karena pos pengeluaran ini banyak tidak terpikir oleh seseorang atau satu keluarga tatkala ia terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama lainnya.

Tidak ada rumus dan nilai nominal pasti mengenai jumlah dana cadangan yang perlu disimpan. Meskipun ada konsultan-konsultan keuangan yang menyebut angka yang sebanding dengan 3-6 kali atau bahkan 12 kali jumlah pengeluaran. Ini sangat bergantung dengan kemungkinan risiko yang akan dihadapi. Seseorang yang berkeluarga, mungkin akan cenderung memikirkan kondisi anak-anaknya jika mendadak sakit.

Bagaimana jika sekarang ini tidak mempunyai dana cadangan? Pos ini tetap perlu dimiliki. Caranya? Upayakan menabung untuk mempersiapkan pos tersebut. Tabungan bisa dibuat di bank, koperasi, atau dalam bentuk lainnya. Yang perlu dipertimbangkan ialah bahwa tabungan itu mudah untuk diakses, mudah untuk ditarik (likuid), dan aman. Jadikanlah pos dana cadangan sebagai salah satu pos yang harus dipenuhi dalam anggaran pengeluaran keluarga.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi darurat ataupun yang berisiko ialah “asuransi”. Asuransi merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi terjadinya kerugian keuangan yang mungkin timbul. Contohnya, karena seorang kepala keluarga yang adalah pencari penghasilan satu-satunya dalam keluarga meninggal, maka kerugian keuangan yang mungkin timbul terputusnya dukungan pendanaan untuk anaknya yang masih bersekolah. Kerugian inilah yang akan dilindungi oleh produk asuransi.

Banyak produk asuransi yang bisa dipertimbangkan. Ada asuransi kematian, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi rumah, atau asuransi kendaraan. Sekarang produk asuransi tidak hanya dipasarkan murni untuk proteksi (perlindungan) saja melainkan juga untuk investasi, misalkan produk asuransi pendidikan. Namun, apapun pilihannya, tetap harus dipelajari secara mendalam terlebih dulu.

Dalam konteks berkoperasi, asuransi merupakan salah satu aspek layanan keuangan mikro yang sudah dikembangkan oleh gerakan kopdit. Simpanan maupun pinjaman anggota diasuransikan melalui Daperma. Anggota kopdit tidak perlu gundah apabila kelak dipanggil Tuhan namun masih memiliki kewajiban angsuran di kopdit. Daperma menanggungnya hingga nilai nominal tertentu. Selain itu, Kopdit Melati, khususnya, juga mempunyai produk pinjaman darurat (“Pijat”) dan simpanan dana sehat (“Sisehat”) untuk anggota yang sedang dilanda kesusahan. Sifat sang bulan juga tercermin disini, kopdit berikhtiar memberikan keteduhan bagi anggotanya yang sedang gundah.

Akhirnya, muncul juga pertanyaan, sudahkah keteduhan sang bulan tercipta dalam pengelolaan ekonomi keluarga Anda?
Artikel dimuat di Buletin Kopdit Melati no. 12/Th. IX tanggal 17 Februari - 17 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar