Selasa, 17 Februari 2009

Member get member: Berawal dari yang kecil

Oleh: Ditto Santoso
Pada kegiatan PDMK bulan Desember 2008 lalu, saya bertemu dengan seorang ibu yang kebetulan juga mengikuti kegiatan tersebut. Di sela-sela waktu pendidikan, ibu itu sempat berbincang santai dengan saya. Salah satu yang disampaikannya adalah niatan tulusnya untuk mengajak teman maupun tetangganya bergabung di kopdit. “Biar sama-sama bisa merasakan manfaatnya gitu loh,” kata sang ibu ini. Wow!

Perkembangan progresif kopdit dengan mengusung misi sosial-ekonomi sangat bertumpu pada kesadaran anggota-anggotanya. Termasuk dalam hal pengembangan jumlah anggota. Demikian pula dengan kisah sang ibu ini. Ia pun ingin agar teman, kerabat, maupun tetangganya juga ikut merasakan manfaat berkopdit ria. Namun, menggandeng orang untuk mau bergabung dengan koperasi memang bukan perkara mudah. Sebab citra koperasi umumnya sangat berat untuk diangkat dengan banyaknya pengalaman buruk berkoperasi pada masa lalu. Nah, jikalau demikian, bagaimana anggota kopdit bisa menjalankan “member get member” (anggota mengajak anggota baru)?

Belajar dari pengalaman, izinkan saya mencoba berbagi. Pada saat awal menjadi anggota kopdit, belum terlintas dalam benak saya untuk mengajak teman-teman untuk mengikuti jejak saya. Semuanya berjalan begitu saja, mengalir tanpa direncanakan. Melalui tulisan sederhana ini, pengalaman itu saya coba refleksikan dengan mengingat tips dari seorang kenalan. Dia memiliki pengalaman sebagai penggalang dana (fundraiser) yang tugasnya menghimpun sumberdaya pendanaan untuk mendukung berbagai kegiatan sosial kemanusiaan. Menurutnya, ada 4 langkah yang perlu dilakukan untuk membuat seseorang tertarik dan mau bergabung dengan apa yang kita lakukan, yaitu “Buka mata, buka kepala, buka hati, buka dompet.”

Buka mata. Entah baru saja atau sudah sekian lama menjadi anggota kopdit, tidaklah mudah untuk mengajak orang terdekat sekalipun untuk dengan sukarela menjadi anggota. Metode ceramah atau presentasi pun tidak selalu pas untuk mencapai tujuan ini. Saya pun baru bisa menggandeng teman sekerja menjadi anggota kopdit mungkin sesudah 1 tahun menjadi anggota. Apa yang saya lakukan hanyalah menjadi anggota, mengikuti pendidikan dasar, sering riwa-riwi ke kopdit untuk menabung, meminjam, plus nongkrong disana. Seiring dengan itu, pondasi ekonomi keluarga yang saya bangun sebagai seorang perantau di ibukota mulai membaik. Dari sanalah teman-teman mulai melihat. Ada apa dengan diri saya? Perilaku (positif) individu disertai bukti nyata manfaatlah yang pertama-tama menjadi titik pembangkit perhatian mereka.

Pada tahap kedua, buka kepala. Teman-teman mulai bertanya-tanya. Apa yang membuatmu terdorong bergabung dengan kopdit, apa yang membuatmu menikmati menjadi seorang anggota kopdit, manfaat apa saja yang kauperoleh, apa dampaknya bagimu, bisakah dengan bergabung di kopdit masalahku juga terselesaikan, dan mungkin berbagai pertanyaan lainnya yang mampir. Ketika mereka bertanya-tanya, itulah pertanda munculnya ketertarikan. Selain mencoba menjawab pertanyaan teman-teman, saya pun memberikan informasi lebih lengkap dalam bentuk brosur tentang kopdit atau mengantarkan mereka untuk bertanya langsung di kantor pelayanan kopdit.

Mungkin diantara teman-teman itu ada yang mendiskusikan lagi dengan pasangan hidupnya di rumah atau mempertimbangkan sendiri. Disinilah tahap buka hati berjalan. Mereka pun mulai menimbang-nimbang. Mencoba mempertajam dari rasa tertarik yang sudah muncul dengan memikirkan secara lebih dalam dengan perenungan hati. Disitulah muncul dorongan hasrat atau keinginan untuk bergabung dengan kopdit. Tak jarang mereka juga mencari pembanding. Tujuannya untuk lebih membangun keyakinan. Hingga akhirnya, mereka merasakan bahwa model kopdit ini pas untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi (misalkan soal ekonomi keluarga) atau solider dengan sesama yang membutuhkan.

Tahap buka dompet (atau lebih tepatnya untuk konteks kopdit,“buka BA” [Buku Anggota]?) merupakan langkah final tatkala seorang teman sudah merasa yakin betul dan akhirnya memutuskan bahwa ia siap bergabung dengan kopdit. Mereka pun datang ke kantor pelayanan kopdit. Tak jarang pula saya ikut mengantar.

Empat tahap di atas yang mungkin telah saya amalkan dalam menggemakan kopdit di antara teman-teman dan kerabat. Buntutnya, tanpa terasa saya sudah menginspirasi atau merekomendasikan belasan (atau mungkin lebih) teman bergabung dengan kopdit tanpa harus memberikan presentasi atau ceramah serius. Semua hanya diawali dengan langkah kecil saja, yaitu perilaku positif kita. Dengan kata lain, orang akan melihat diri kita sebagai figur anggota kopdit yang hidup di tengah masyarakat atau bahasa kerennya, living model.

Ada yang mau mencoba?
Artikel dimuat di Buletin Kopdit Melati-Depok No. 11/Tahun IX/17 Jan 2009-17 Feb 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar