Selasa, 06 Januari 2009

Keluarga sejahtera: Saluran berkat bagi sesama


Oleh : Ditto Santoso


Fakta! Penghasilan tidak pernah cukup?

”Aduuh! Bagaimana, sih? Gaji sudah naik, penghasilan tambahan sudah di tangan. Kenapa ya selalu saja tidak cukup? Habis bulan, habis duit. Jangankan menunggu bulan habis. Pertengahan bulan saja sudah habis?!”

Pernah berada dalam situasi seperti ini? Ataukah justru ”selalu” berada dalam keadaan seperti ini? Kira-kira, apa yang menyebabkannya terjadi? Setiap tahun gaji selalu mengalami kenaikan. Setiap saat pula bisnis sampingan memberikan kontribusi positif pada kantong kita bertambah. Deposito di bank juga tidak pernah berhenti memberikan bunga bulanan. Apa gerangan penyebabnya?

Manakah diantara faktor-faktor ini yang mempengaruhi ketidakcukupan penghasilan kita setiap bulannya. Inflasi yang selalu (lebih) tinggi? Hutang yang berlebih? Gaya hidup? Pengeluaran yang besar pasak daripada tiang (cicak nguntal cagak)? Inikah masalah yang umum dihadapi oleh keluarga-keluarga Indonesia? Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?


PKK: Sudahkah diamalkan?


Mengarungi kehidupan berkeluarga dengan segala dinamikanya acap kali diibaratkan “mengayuh biduk rumah tangga” untuk menjemput impian yang menanti di dermaga tujuan. Kita (bersama pasangan hidup) merupakan ”nahkoda” dari kapal tersebut. Sebagai nahkoda, tentunya kita memerlukan kompas. Fungsinya sebagai pedoman atau penunjuk arah agar biduk kita nantinya tidak tersesat dalam ketidakpastian atau terdampar di pulau tak bertuan akibat didera badai dan gelombang samudera.

Diterjemahkan dalam bahasa yang lebih praktis, kita memerlukan sebuah rencana untuk bisa mencapai sebuah tujuan dalam perekonomian keluarga kita. Inilah yang umumnya disebut dengan ”perencanaan keuangan keluarga” (kita singkat ”PKK” saja untuk mempermudah) atau family financial planning atau jamak juga disebut ”ekonomi rumah tangga”. Mengapa PKK? Coba, deh, tebak, mengapa...
PKK merupakan proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Cara pencapaiannya bisa dalam bentuk menabung ataupun melakukan investasi. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam PKK ialah mengetahui dimana posisi keuangan keluarga kita saat ini dengan melihat neraca, menetapkan tujuan keuangan keluarga, merancang anggaran, dan akhirnya melaksanakan. Ketika proses pelaksanaan telah berjalan pun, kita juga perlu melakukan review untuk melihat kembali sejauh mana rencana yang ada perlu disesuaikan.

Mari kita mencoba melakukan langkah-langkah sederhana tersebut dengan disiplin dan cermat. Demi sebuah keluarga yang sejahtera!


Apa yang perlu diperhatikan?



Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan mengelola keuangan keluarga:

· Pandai-pandailah memilah antara kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan nafsu (desires).
· Kembangkan komunikasi keluarga, khususnya dalam hal keuangan, agar terjadi pembicaraan yang mengarah pada sesuatu yang positif bagi kesejahteraan keuangan keluarga.
· Utamakan tabungan dan investasi (tabungan pendidikan, deposito, reksadana) dengan meletakkannya pada prioritas teratas dalam pos-pos pengeluaran kita.
· Kelolalah pos-pos pengeluaran dengan bijak, seperti biaya telepon, listrik, sosial, busana-aksesoris, dan barang elektronik. Belilah jika memang membutuhkan, lebih baik anggarkan sebelumnya, utamakan barang berkualitas karena lebih tahan lama), lakukan kombinasi pemanfaatan barang-barang tertentu, dan lakukan survei untuk mencari tempat yang menjual dengan harga lebih murah.
· Alokasikan dana cadangan atau dana taktis untuk keperluan darurat. Misalkan, tiba-tiba ada anggota keluarga yang jatuh sakit tapi tidak tercover oleh asuransi.
· Siapkan dana untuk cadangan risiko (asuransi) dan dana pensiun. Ingatlah untuk selalu berpikir antisipatif.
· Cermatlah dalam mengelola kredit. Bandingkan sejauh mana kredit dibandingkan dengan total penghasilan yang kita peroleh.
· Pertimbangkan untuk berpijak di dua kuadran. Sudahkah terpikir untuk mencari sumber pendapatan tambahan?
· Selalu bermula dari kebiasaan. Kebiasaan yang tidak efektif dan efisien dalam mengelola keuangan keluarga selalu bermula dari hal-hal kecil yang lama-kelamaan makin membesar. Oleh karena itu, untuk menjalankan sesuatu yang positif, kita pun dapat memulainya dari hal-hal yang kecil saja. Meminjam istilah ”3M” dari A’a Gym, ”Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah sekarang.”


Keluarga sejahtera, saluran berkat



Siapapun dalam dunia ini pasti memiliki cita-cita untuk hidup sejahtera. Tuhan pun tidak menghendaki umatNya hidup berkesusahan. Ia ingin umatNya hidup berkelimpahan jasmani dan rohani. PKK merupakan satu cara untuk bisa mulai mewujudkan cita-cita keluarga sejahtera. Apakah yang bisa dilakukan setelah mengetahui dan menerapkannya? Tentunya berkat Tuhan yang tercurahkan dalam keluarga kita yang sejahtera ini juga harus dibagikan kepada orang lain. Karena dengan demikian, kita pun turut menjadi saluran berkat bagi sesama. Bagaimana caranya?

· Jangan lupakan hukum berbagi. Tengoklah di sekeliling, bukankah Tuhan menghendaki kita untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan? Ada hukum perpuluhan yang sahih bagi umat kristiani atau dua setengah persen dari penghasilan umat muslim merupakan hak dari orang-orang miskin.
· Pelajari lebih banyak hal terkait dengan PKK dan terapkanlah, sehingga kita dapat lebih memaksimalkan diri dalam mengelola perekonomian keluarga menuju keluarga sejahtera. Sekali lagi, yang amat penting, bagilah pengetahuan ini kepada tetangga, sahabat, dan kerabat yang mungkin masih memerlukan bantuan untuk dapat mengelola kehidupan ekonomi keluarganya.
· Mulailah pendidikan mengenai pengelolaan keuangan bagi anak sejak usia dini. Pendidikan keuangan keluarga sejak dini akan menghantar anak-anak pada sikap bijak dalam mengelola keuangan mereka nantinya.
· Doronglah wacana pentingnya topik PKK dalam kursus-kursus praperkawinan, paguyuban-paguyuban pasutri, atau dalam kelompok-kelompok arisan di tempat kerja maupun di rumah.

Ada ide lain? Mari mewujudkan keluarga yang sejahtera dan jadilah saluran berkat bagi sesama.



Dimuat di Buletin Kopdit Melati Depok edisi 17 Nov - 17 Des 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar