Senin, 31 Mei 2010

Kopdit Gaul Gitu Loh...

Oleh: Ditto Santoso


Dalam sebuah survey tentang koperasi kredit di Amerika Serikat ditemukan bahwa umumnya kalangan orang muda masih enggan “bersentuhan” dengan kopdit. Padahal anggota kopdit dari generasi muda merupakan kunci keberlanjutan kopdit di masa datang. Minimnya anggota usia muda di kopdit berimplikasi pada “stagnasi” (kemandegan) pertumbuhan anggota. Bahkan umumnya citra yang terlintas dalam benak orang muda, kopdit identik dengan sekumpulan orang tua yang datang menabung dan meminjam untuk menambal kebutuhan hidup. Stagnasi terjadi karena anggota yang tadinya berusia produktif telah memasuki usia senja, sementara pertumbuhan anggota berusia muda dan naluri pemasaran (sense of marketing) staf ataupun anggota (melalui member get member) tidak progresif.


Segmen kalangan muda dapat dipilah menjadi kelompok usia sekolah/kuliah, kelompok muda yang baru memasuki dunia kerja, dan kelompok muda di usia pernikahan awal. Kelompok usia sekolah/kuliah disentuh melalui orang tuanya yang sudah menjadi anggota kopdit. Ini merupakan pendekatan konvensional yang biasa dilakukan. Sedangkan 2 kelompok berikutnya umumnya disentuh melalui pendekatan member get member. Pertanyaannya, adakah langkah-langkah progresif untuk menjangkau segmen kalangan muda ini?


Pelajari karakter segmen yang akan dituju. Jika kopdit eksis untuk melayani di segmen wilayah tertentu, maka perlu memetakan karakter segmen kalangan muda yang akan dituju. Berapa persen anak yang berskolah atau kuliah, berapa pula yang sudah bekerja dan memasuki masa pernikahan. Lalu, apa kebutuhan mereka yang sifatnya riil maupun potensial? Haruskah memenuhi kebutuhan riil ataukah kopdit bisa menciptakan kebutuhan itu karena belum ada yang melayaninya. Misalnya: di sebuah wilayah, kalangan orang tua masih menganggap pendidikan itu tidak terlalu penting untuk masa depan anaknya. Yang terpenting adalah anak dapat segera bekerja membantu orang tua menafkahi keluarga. Memasuki area ini, kopdit perlu menyadarkan orang tua mengenai pendidikan sebagai bagian dari hak anak yang harus dipenuhi. Jika kemudian kendalanya adalah masalah ekonomi, disini kopdit bisa berperan untuk mendorong pengelolaan ekonomi rumah tangga yang baik melalui program pendidikan dan pendampingan, serta mendesain produk-produk yang mengarah pada pemenuhan pendidikan anak.


Desain produk yang atraktif. Mengapa tidak? Jika ingin meraih segmen kalangan muda, berpikirlah seperti anak muda. Untuk kelompok usia 15-20 tahun, apa yang biasanya mereka inginkan (karena awalnya anak muda akan berpikir soal keinginan, bukan kebutuhan), bagaimana cara mereka memenuhinya? Jika mereka perlu didorong untuk menabung terlebih dulu, apa reward yang akan menarik mereka? Perlukah buku tabungan tersendiri yang eye- catching dan bisa mereka pamerkan ke teman-temannya? Untuk mereka yang sudah memasuki usia kerja awal, apa yang mereka butuhkan? Pinjaman untuk membeli sepeda motor, membeli rumah, membiayai resepsi pernikahan, atau pinjaman darurat kesehatan? Jika itu isu pokoknya, bagaimana desain produknya? Angsuran bunga ringan dalam jangka panjang atau diskon 2 kali angsuran selama atau bonus MP3 player jika angsuran 1 tahun selalu tepat waktu?


Kemaslah sesi promosi dan pendidikan yang menarik. Jika sulit membuat kalangan muda datang ke kantor kopdit atau cabang pelayanannya, mengapa tidak kopdit yang mendatangi mereka? Sesi promosi saat akhir pekan di mall? Optimalkan staf muda atau anggota yang muda usia untuk berpromosi di mall. Jika perlu, mengundang public figure anak muda untuk berpromosi. Anggun C. Sasmi, penyanyi muda Indonesia yang go international bahkan pernah diminta menjadi Duta Keuangan Mikro oleh PBB. Ciptakan kesan pertama yang menarik, yang memperlihatkan bahwa kopdit memang gaul. Bagaimana jika membuat sesi motivasi selama 1-2 jam di sekolah? Libatkan secara aktif guru dan orang tua murid, gunakan media komunikasi yang atraktif (film kartun, gambar bergerak, panggung boneka) buka kantor pelayanan di sekolah 2 kali dalam seminggu. Buatlah slogan yang progresif dan menantang keberanian untuk menabung.


Merawat anggota. Untuk memudahkan berkomunikasi kalangan muda, khususnya di wilayah perkotaan, optimalkan media-media interaktif di dunia maya seperti website, blog, dan facebook. Dewasa ini facebook sudah menjadi “bahasa pergaulan” dimana saja. Meski beberapa pihak menganggapnya negative dan menimbulkan kontroversi, sisi positif facebook dapat dilihat dengan mengoptimalkannya sebagai media pemasaran dan pemeliharaan anggota kopdit. Membuat even-even komunal rutin di luar sesi pendidikan dan rapat-rapat anggota juga merupakan strategi penting untuk memelihara motivasi dan loyalitas anggota muda.


Menyasar kalangan muda, khususnya yang belum memasuki usia kerja, juga dapat dipandang sebagai pendidikan keuangan dini yang sangat potensial menjadi pilar penyangga keluarga masa depan. Sementara, dari sisi internal manajemen, kesadaran akan hal ini perlu dinyatakan dalam rencana strategisnya. Termasuk didalamnya, memiliki staf yang bisa secara lihai bergerak di segmen ini. Sangat mungkin ini akan berimplikasi pada biaya, namun jika dilihat kedepan, ini merupakan sebuah investasi yang positif. Go Credit Union!



Artikel dimuat di Buletin Kopdit Melati-Depok Edisi No. 2/Tahun XI/17 April 2010-17 Mei 2010